Sabtu, 15 Januari 2011

PENGERTIAN IMUNISASI DAN CARA PEMBERIAN

Pengertian
• Suatu cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa tidak terjadi penyakit
• Suatu usaha memberikan kekebalan pada bayi dan anak terhadap penyakit tertentu
Tujuan
• Untuk mencegah terjadinya penyakit tertentu pada seseorang dan menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau bahkan mneghilangkan penyakit tertentu dari dunia
• Apabila terjadi penyakit tidak akan terlalu parah dan dapat mencegah gejala yang dapat menimbulkan cacat atau kematian
• Melindungi seseorang terhadap penyakit tertentu (intermediate goal)
Respon imun
• Respon imun primer ialah respon imun yang terjadi pada pajanan pertama kalinya dengan antigen
• Respon imun sekunder ialah respon imun yang diharapkan akan memberi respon adekuat bila terpajan pada antigen yang serupa. Diberikannya vaksinasi berulang beberapa kali adalah agar mendapat titer antibodi yang cukup tinggi dan mencapai nilai protektif.
Jenis kekebalan
Dilihat dari cara timbulnya
• Kekebalan pasif
Kekebalan yang diperoleh dari luar tubuh , bukan dibuat dari individu itu sendiri.
Kekebalan pasif alamiah, kekebalan pada janin yang diperoleh dari ibu dan tidak berlangsung lama(difteri,morbili, tetanus)
Kekebalan pasif buatan, kekebalan yang diperoleh setelah pemberian suntikan zat penolak (imunoglobulin).
• Kekebalan aktif
Kekebalan yang dibuat oleh tubuh sendiri akibat terpajan pada antigen seperti pada imunisasi atau terpajan secara alamiah.
Kekebalan aktif biasanya prosesnya lambat tapi dapat berlangsung lama, akibat adanya memori imunologik.
Kekebalan aktif terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
Kekebalan aktif alamiah, kekebalan yang diperoleh setelah mengalami atau sembuh dari suatu penyakit. Contoh : anak yang pernah menderita campak maka tidak akan terserang campak lagi
Kekebalan aktif buatan, kekebalan yang dibuat oleh tubuh setelah mendapat vaksin atau imunisasi. Contoh : BCG, DPT, polio dll.
Status imun penjamu
• Antibodi maternal spesifik terhadap virus campak pada fetus
• ASI (IgA sekretori) terhadap virus polio
• Maturitas imunologik, pada neonatus fungsi makrofag dan pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen tertentu masih kurang
• Yang sedang mendapat imunosupresan
• Gizi buruk, dapat menurunkan fungsi sel sistem imun sehingga imunoglobulin yang terbentuk tidak dapat mengikat antigen dengan baik dan respon terhadap vaksin berkurang
Faktor genetik penjamu
Interaksi antara sel-sel sistem imun, secara genetik respon imun manusia dibagi atas responden baik, cukup dan rendah terhadap antigen tertentu, sehingga ditemukan keberhasilan vaksinasi yang tidak 100%.
Kualitas dan kuantitas vaksin
Vaksin adalah mikroorganisme yang diubah sedemikian rupa sehingga patogenisitasnya hilang tetapi masih tetap mengandung sifat antigenesitas
Faktor kualitas dan kuantitas yang dapat menentukan kkeberhasilan vaksinasi
• Cara pemberian
• Dosis
• Frekuensi dan jarak pemberian
• Jenis vaksin
Jenis vaksin
Live Attenuated yaitu bakteri atau virus hidup yang dilemahkan
Virus : campak, gondongan, rubella, Polio sabin, demam kuning
Bakteri : kuman TBC (BCG) dan demam tifoid oral
Inactivated yaitu bakteri atau virus atau komponennya yang dibuat tidak aktif atau dimatikan
Virus : influenza, Polio salk, rabies, hepatitis A
Bakteri : pertusis (DPT), typoid, kolera
Racun kuman seperti toksoid : dipteri toksoid (DPT), tetanus (TT)
Polisakarida murni : pneumokokkus, meningokokus dan haemophylus influenza
Vaksin yang dibuat dari protein : hepatitis B
Rantai vaksin
Adalah suatu prosedur yang digunakan untuk menjaga vaksin pada suhu tertentu yang telah ditetapkan agar memiliki potensi yang baik mulai dari pembuatan vaksin sampai pada saat pemberinanya pada sasaran
Sifat vaksin
Vaksin yang sensitif terhadap beku
Yaitu golongan vaksin yang akan rusak bila terpapar dengan suhu dingin atau suhu pembekuan. Contoh : hepatitis B, DPT-HB, DPT, DT, dan TT
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Hep B, DPT-HB -0,5 ᴼC Max ½ jam
DPT, DT, TT -0,5ᴼC sd -10ᴼC Mak 1,5-2 jam
DPT, DPT-HB, DT Beberapa ᴼC diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 14 hari
Hep B dan TT Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari
Vaksin yang sensitif terhadap panas
Yaitu golongan yang akan rusak bila terpapar dengan suhu panas yang berlebihan. Contoh : polio, BCG dan campak
Vaksin Pada suhu Dapat bertahan selama
Polio Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 14 hari
Campak dan BCG Beberapa C diatas suhu udara luar (ambient temperatur <34ᴼC) 30 hari
Penanganan vaksin sisa
• Sisa vaksin yang telah dibuka pada pelayanan di posyandu tidak boleh dipergunakan lagi
• Sedang pelayanan imunisasi statis (di puskesmas, poliklinik), sisa vaksin dapat dipergunakan lagi dengan ketentuan sebagai berikut :
o Vaksin tidak melewati tanggal kadaluarsa
o Tetap disimpan dalam suhu +2ᴼC sd 8ᴼC
o Kemasan vaksin tidak pernah tercampur/terendam dengan air
o VVM tidak menunjukan indikasi paparan panas yang merusak
o Pada label agar ditulis tanggal pada saat vial pertama kali dipakai/dibuka
o Vaksin DPT, DT, TT, hepatitis B dan DPT-HB dapat digunakan kembali hingga 4 minggu sejak vial vaksin dibuka
o Vaksin polio dapat digunakan kembali hingga 3 minggu sejak vial dibuka
o Vaksin campak karena tidak mengandung zat pengawet hanya boleh digunakan tidak lebih dari 8 jam sejak dilarutkan. Sedangkan vaksin BCG hanya boleh digunakan 3 jam setelah dilarutkan
Tata cara pemberian imunisasi
• Memberitahukan secara rinci tentang resiko vaksinasi dan resiko apabila tidak divaksinasi
• Periksa kembali persiapan untuk melakukan pelayanan bila terjadi reaksi ikutan yang tidak diharapkan
• Baca tentang teliti informasi tentang produk (vaksin) yang akan diberikan, jangan lupa mengenai persetujuan yang telah diberikan
• Melakukan tanya jawab dengan orang tua atau pengasuhnya sebelum melakukan imunisasi
• Tinjau kembali apakah ada kontra indikasi terhadap vaksin yang akan diberikan
• Periksa identitas penerima vaksin dan berikan antipiretik bila diperlukan
• Periksa jenis vaksin dan yakin bahwa vaksin tersebut telah disimpan dengan baik
• Periksa vaksin yang akan diberikan apakah tampak tanda-tanda perubahan, periksa tanggal kadaluarsa dan catat hal-hal istimewa, misalnya perubahan warna menunjukan adanya kerusakan
• Yakin bahwa vaksin yang akan diberikan sesuai jadwal dan ditawarkan pula vaksin lain untuk imunisasi tertinggal bila diperlukan
• Berikan vaksin dengan teknik yang benar yaitu mengenai pemilihan jarum suntik, sudut arah jarum suntik, lokasi suntikan dan posisi penerima vaksin
Setelah pemberian vaksin
• Berilah petunjuk kepada orang tua atau pengasuh apa yang harus dikerjakan dalam kejadian reaksi yang biasa atau reaksi ikutan yang lebih berat
• Catat imunisasi dalam rekam medis pribadi dan dalam catatan klinis
• Periksa status imunisasi anggota keluarga lainnya dan tawarkan vaksinasi untuk mengejar ketinggalan bila diperlukan
• Dalam situasi yang dilaksanakan untuk kelompok besar, pengaturan secara rinci bervariasi, namun rekomendasi tetap seperti diatas dan berpegang pada prinsip-prinsip higienis, surat persetujuan yang valid dan pemeriksaan/penilaian sebelum imunisasi harus dikerjakan
Pengenceran
Vaksin kering yang beku harus diencerkan dengan cairan pelarut khusus dan digunakan dalam periode tertentu
Pemberian vaksin pada bayi
Vaksin BCG BCG, DPT-Hep B, Hep B
Tempat suntikan Lengan kanan atas luar Paha tengah luar
Cara penyuntikan Intracutan Intramuscular/subcutan dalam
Dosis 0,05 cc 0,5 ml
Ukuran jarum 10 mm, ukuran 26 25 mm, ukuran 23
jenis Bubuk+pelarut Siap pakai
Vaksin Campak Polio
Tempat suntikan Lengan kiri atas Mulut
Cara penyuntikan Subcutan Diteteskan di mulut
Dosis 0,5 ml 2 tetes
Ukuran jarum 25 mm, ukuran 23
Jenis Siap pakai Botol dengan alat tetes mulut
Teknik dasar dan petunjuk keamanan pemberian vaksin
• Bagian tengah tutup botol metal dibuka sehingga kelihatan karet (tutup karet di desinfeksi)
• Tiap suntikan harus digunakan semprit dan jarum baru sekali pakai dan steril
• Sebaiknya tidak digunakan botol vaksin yang multidosis
• Kulit yang akan disuntik dibersihkan
• Semprit dan jarum harus dibuang dalam tempat tertutup dan diberi label tidak mudah robek dan bocor
• Tempat pembuangan jarum suntik bekas harus dijauhkan dari jangkauan anak-anak
JADWAL IMUNISASI WAJIB (PPI)
VAKSIN PROGRAM PENGEMBANGAN IMUNISASI (PPI)
• Vaksin BCG
• Vaksin Hepatitis B
• Vaksin Difteria, Pertusis, Tetanus (DPT)
• Vaksin Polio
• Vaksin Campak
VAKSIN BCG (Bacille Calmette Guerin)
• BCG adalah vaksin hidup yang dibuat dari mycobacterium bovis yang dibiakkan secara berulang selama 13 tahun (basil tidak virulen tetapi masih mempunyai imunogenitas)
• Indikasi yaitu untuk pemberian kekebalan aktif terhadap penyakit tuberculosis (TBC) dimana vaksin BCG tidak mencegah infeksi TBC tetapi mengurangi resiko TBC berat seperti meningitis, TBC tulang
• Efek proteksi timbul 8-12 minggu setelah penyuntikan
• Cara pemberian dan dosis vaksin
Yaitu vaksin dilarutkan dulu dengan 4 cc pelarut, vaksin yang dilarutkan harus dibuang dalam 3 jam, dosis pada bayi < 1 tahun 0,05 ml sedangkan pada anak > 1 tahun 0,10 ml. Vaksin ini disuntikan secara intracutan pada daerah lengan kanan atas (insertio musculus deltoideus)
• Penyimpanan vaksin
Vaksin disimpan pada suhu 2-8ᴼC, tidak boleh beku dan tidak boleh terkena sinar matahari
• Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat dari 3 jam
Jadwal pemberian
• Diberikan pada bayi 0-12 bulan tapi sebaiknya diberikan pada umur ≤2 bulan
• Apabila diberikan >3 bulan harus terlebih dahulu dilakukan uji tuberkulin (mantoux)
• Vaksinasi ulang, yaitu 5-7 tahun dan 12-15 tahun (jika uji tuberkulin negatif)
• Khasiat BCG selama 3 tahun dan lama kekebalan selama 9 tahun
Efek samping
• Tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum
• Pada tempat penyuntikan terjadi ulkus lokal yang timbul 2-3 minggu setelah penyuntikan dan meninggalkan luka parut dengan diameter 4-8 mm
• Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di axila (ketiak) atau leher. Tergantung pada umur dan dosis yang dipakai, biasanya akan sembuh sendiri
Indikasi kontra
• Reaksi uji tuberkulin > 5 mm
• Sedang menderita HIV atau resiko tinggi infeksi HIV, imunokompromais akibat pengobatan kortikosteroid (leukimia), mendapat pengobatan radiasi, penyakit keganasan yang mengenai sumsum tulang atau sistem limfe
• Anak menderita gizi buruk
• Menderita demam tinggi
• Menderita infeksi kulit yang luas
• Pernah/masih menderita TBC
• Kehamilan
Proteksi
• Mulai 8-12 minggu pasca vaksinasi
• Daya lindung hanya 42% (WHO 50-78%)
• Mencegah TB berat 60-80%
VAKSIN HEPATITIS B
• Untuk memberikan kekebalan terhadap penyakit hepatitis B
• Rekombinan DNA sel ragi tidak infeksius
• Pencegahan dapat diberikan dengan imunisasi pasif ataupun imunisasi aktif
Imunisasi pasif
• Dilakukan dengan pemberian imunoglobulin
IG/ISG (Immune Serum Globulin)
HBIG (Hepatitis B Immune Globulin)
• Diberikan baik sebelum terjadinya paparan (preexposure) maupun setelah terjadinya paparan (postexposure)
• Indikasi utama pemberian imunisasi pasif
o Paparan dengan darah yang mengandung HbsAg, baik melalui kulit maupun mukosa
o Paparan seksual dengan pengidap HbsAg (+)
o Paparan perinatal ibu dengan HbsAg (+)
Pemberian vaksin
• Pada kecelakaan jarum suntik
Dosis : 0,06 ml/kg maks 5 ml harus diberikan dalam waktu 24 jam, diulangi 1 bulan kemudian
• Paparan seksual
Dosis tunggal 0,06 ml/kg, dosis maks 5 ml harus diberikan dalam jangka waktu 2 minggu
• Paparan perinatal
Dosis : 0,5 ml harus diberikan sebelum 48 jam
Imunisasi aktif
Dilakukan dengan pemberian partikel HbsAg yang tidak infeksius
Ada 3 jenis vaksin hepatitis B
• Vaksin yang berasal dari plasma
• Vaksin yang dibuat dengan teknik rekayasa genetika
• Vaksin polipeptida
Vaksin yang beredar di Indonesia
• Hevac-B (dosis ; dewasa 5 ug, anak 2,5 ug, pada ibu HbsAg (+) dosis 2x lipat)
• Hepaccine (dosis : dewasa 2 ug, anak 1,5 ug)
• B-Hepavac II (dosis ; dewasa 10 ug, anak 5 ug)
• Hepa-B (dosis : dewasa 20 ug)
• Engerix-B (dosis : anak 10 ug)
• Penyuntikan dilakukan secara intramuscular, didaerah deltoid atau paha anterior (jangan dilakukan didaerah bokong)
• Efek samping yang terjadi umumnya ringan, seperti nyeri, bengkak, panas, mual, nyeri sendi maupun otot
Jadwal pemberian
• Imunisasi Hb diberikan sedini mungkin setelah lahir
• Pemberian imunisasi Hb harus berdasarkan status HbsAg ibu pada saat melahirkan
Bayi lahir dari ibu yang tidak diketahui status HbsAg nya
Vaksin rekombinan (Hb Vax-II 5 ug at Engerix-B10ug) atau vaksin plasma derived 10 ug (dalam waktu 12 jam), dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (+)
Diberikan 0,5 ml HBIG dan vaksin rekombinan secara bersamaan di sisi tubuh yang berbeda dalam waktu 12 jam, dosis kedua pada usia 1-2 bulan, dosis ketiga pada usia 6 bulan
Bayi lahir dari ibu yang HbsAg nya (-)
Diberikan vaksin rekombinan atau vaksin plasma derived pada umur 2-6 bulan, dosis kedua pada 1-2 bulan kemudian, dosis ketiga diberikan 6 bulan setelah imunisasi kesatu
• Idealnya dilakukan Px anti HbsAg (paling cepat 1 bulan)
• Imunisasi ulang Hb (pada umur 10-12 tahun)
Kejadian ikutan pasca imunisasi
• Reaksi lokal kemerahan, nyeri, bengkak, demam ringan 2 hari
• Reaksi sistemik : mual muntah, nyeri kepala, nyeri otot, nyeri sendi
Indikasi kontra
Sampai saat ini belum dipastikan adanya kontra indikasi absolut terhadap pemberian imunisasi hb terkecuali pada ibu hamil, laergi pada komponen vaksin, demam tinggi.
VAKSIN DPT
Tujuan pemberian vaksin ini adalah untuk memberikan kekebalan aktif yang bersamaan terhadap penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus
Difteri dan tetanus : toksoid yang dimurnikan
Pertusis : bakteri mati, terabsorbsi dalam alumunium fosfat
Tiap 1 ml terdiri dari 40Lf toksoid difteria, 24 OU pertusis, 15 Lf toksoid tetanus, alumunium fosfat 3 mg, thimerosal 0,1 mg
Toksoid Difteria
• Untuk imunisasi primer terhadap difteri digunakan toksoid difteri (alum precipitated formol toxoid) yang digabung dengan tetanus toxoid dan vaksin pertusis
• Imunisasi rutin pada anak, diberikan dengan 5 dosis yaitu pada usia 2, 4, 6 bulan yang diberikan bersamaan dengan polio. Dosis ulangan pada 15-18 bulan dan saat masuk sekolah harus diberikan sekurang-kurangnya 6 bulan setelah dosis ketiga
• Kombinasi toxoid difteri dan tetanus (DT)
Vaksin pertusis
• Untuk imunisasi yang dipakai adalah vaksin pertusis whole-cell (alum precipitated vaccine) yaitu vaksin yang merupakan suspensi kuman B pertusis mati
• Umumnya diberikan kombinasi bersama toxoid difteri dan tetanus
Toksoid tetanus
• Vaksin tetanus dikenal 2 macam vaksin yaitu :
Vaksin yang digunakan untuk imunisasi aktif adalah toxoid tetanus yang telah dilemahkan
• Kemasan tunggal (TT)
• Kemasan dengan vaksin difteri (DT)
• Kemasan dengan vaksin difteri dan pertusis (DPT)
Kuman yang telah dimatikan yang digunakan untuk imunisasi pasif (ATS)
Jadwal pemberian
Upaya depkes dan kesos melaksanakan program eliminasi tetanus neonatorum (ETN) DPT I, DT atau TT dilaksanakan berdasarkan perkiraan lama waktu perlindungan sebagai berikut :
• Imunisasi DPT 3x akan memberikan imunitas 1-3 tahun. Dengan 3 dosis toxoid tetannus pada bayi, dihitung setara dengan 2 dosis toxoid pad anak besar atau dewasa
• Ulangan DPT pada umur 18-24 bulan (DPT 4) akan memperpanjang imunitas 5 tahun yaitu sampai dengan umur 6-7 tahun. Dengan 4 dosis toxoid tetanus pada bayi dan anak dihitung setara dengan 3 dosis pada dewasa
• Toxoid tetanus kelima (DPT 5) diberikan pada usia sekolah, akan memperpanjang imunitas 10 tahun lagi sampai umur 17-18 tahun. Dengan 5 toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 4 dosis toxoid dewasa
• Tetanus toxoid tambahan yang diberikan pada tahun berikutnya di sekolah (DT 6 atau DT) akan memperpanjang imunitas 20 tahun lagi. Dengan 6 dosis toxoid tetanus pada anak dihitung setara dengan 5 dosis toxoid pada dewasa
• Jadi PPI merekomendasikan tetanus toxoid (DPT, DT, TT) 5x untuk memberikan perlindungan seumur hidup sehingga wanita usia subur (WUS) mendapat perlindungan terhadap bayi yang dilahirkan terhadap tetanus neonatorum.
Imunisasi Spacing Masa perlindungan Tujuan
T1 Mengembangkan kekebalan tubuh pada infeksi
T2 4 pekan setelah T1 3 tahun Menyempurnakan kekebalan
T3 6 bulan setelah T2 5 tahun Menguatkan kekebalan
T4 1 tahun setelah T3 10 tahun Menguatkan kekebalan
T5 1 tahun setelah T4 25 tahun Mendapatkan kekebalan penuh
Indikasi kontra
• Riwayat anafilaksis
• Ensefalopati pasca DPT sebelumnya
KIPI
• Lokal : bengkak, kemerahan, nyeri pada tempat suntikan
• Demam, gelisah, menangis terus menerus
• Reaksi anafilaktik, ensefalopati 1/50.000 dosis
VAKSIN POLIO
Ada 2 macam jenis vaksin polio
• Vaksin virus polio oral (OPV)
• Vaksin polio inactivated (IPV)
Vaksin virus polio oral (OPV)
• OPV berisi virus polio tipe 1, 2 dan 3 adalah strain/suku sabin yang masih hidup tapi sudah dilemahkan (attenuated), vaksin ini dibuat dalam biakan jaringan ginjal kera yang distabilkan dengan sukrosa
• Vaksin ini digunakan secara rutin sejak bayi lahir dengan dosis 2 tetes oral. Virus vaksin ini kemudian menempatkan diri di usus san memacu pembentukan antibodi baik dalam darah maupun pada epitelium usus, yang menghasilkan pertahanan lokal terhadap virus polio liar yang datang masuk kemudian
• Vaksin polio oral harus disimpan tertutup pada suhu 2-8ᴼC. OPV dapat disimpan beku pada temperatur 20ᴼC. Vaksin yang beku dapat cepat dicairkan dengan cara ditempatkan antara kedua telapak tangan dan digulir-gulirkan, dijaga agar warna tidak berubah yaitu merah muda sampai orange muda (sebagai indikator pH). Bila keadaan tersebut dapat terpenuhi, maka sisa vaksin yang telah terpakai dapat dibekukan lagi, kemudian dipakai lagi sampai warna berubah dengan catatan tanggal kadaluarsa harus selalu diperhatikan.
Vaksin polio inactivated (IPV) atau vaksin polio injeksi
• IPV berisi tipe 1, 2 dan 3 dibiakan pada sel-sel fero ginjal kera dan dibuat tidak aktif dengan formaldehid
• IPV harus disimpan pada suhu 2-8ᴼC dan tidak boleh dibekukan
• Pemberian dengan dosis 0,5 ml, SC 3x berturut-turut dengan jarak masing-masing dosis 2 bulan
• Imunitas mukosa yang ditimbulkan IPV lebih rendah dibandingkan dengan yang ditimbulkan OPV
• OPV diberikan pada BBL sebagai dosis awal, sesuai dengan Pengembangan Program Imunisasi (PPI) dan Program Eradiksi Polio (ERAPO) tahun 2000
• Kemudian diteruskan dengan imunisasi dasar mulai umur 2-3 bulan yang diberikan 3 dosis terpisah berturut-turut dengan interval waktu 6-8 minggu
• Satu dosis sebanyak 2 tetes (0,1 ml) diberikan per oral pada umur 2-3 bulan dapat diberikan bersama-sama waktunya dengan suntikan vaksin DPT dan hepatitis B
Imunisasi penguat (booster)
• Dosis penguat OPV harus diberikan sebelum masuk sekolah, yaitu bersamaan pada saat diberikan dosis DPT sebagai penguat
• Dosis OPV berikutnya harus diberikan pada umur 15-19 tahun atau sebelum meninggalkan sekolah
• Orang dewasa yang telah mendapatkan imunisasi sebelumnya, tidak diperlukan vaksinasi penguat, kecuali mereka yang dalam resiko khusus,
Imunisasi untuk orang dewasa
• Untuk orang dewasa sebagai imunisasi primer (dasar) dianjurkan diberikan 3 dosis berturut-turut OPV 2 tetes dengan jarak 4-8 minggu
• Interval minimal antara 2 dosis vaksinasi dapat diperpanjang dan dapat menyelesaikan vaksinasinya tanpa mengulang lagi
• Demua orang dewasa seharusnya divaksinasi terhadap poliomielinitis dan tidak boleh ada yang tertinggal
KIPI
Setelah vakisnasi, sebagian kecil resipien dapat mengalami gejala
• Pusing-pusing
• Diare ringan
• Sakit pada otot
Kontrai indikasi pemberian OPV
• Penyakit akut atau demam (suhu >38,5 C)
• Muntah atau diare
• Sedang dalam proses pengobatan kortikosteroid atau imuno supresif oral maupun suntikan, juga pengobatan radiasi umum
• Keganasan (untuk pasien dan kontak) yang berhubungan dengan sistem retikuloendotelial seperti limfoma, leukimia, dan anak dengan mekanisme imunologik yang terganggu, misal pada hipo-gamaglobulinemia
• Menderita infeksi HIV/anggota keluarga sebagai kontak
VAKSIN CAMPAK
Tahun 1963 dibuat dua jenis vaksin campak
• Vaksin yang berasal dari virus campak yang hidup dan dilemahkan, jangan terkena sinar matahari
• Vaksin yang berasal dari virus campak yang dimatikan (virus campak yang berada dalam larutan formalin yang dicampur dengan garam alumunium)
• Tiap 0,5 ml mengandung 1000 u virus strain CAM 70, 100 mcg kanamisin, 30 mg eritromisin
Dosis dan cara pemberian
• Dosis minimal untuk vaksin yang dilemahkan adalah 0,5 ml secara subcutan atau intra muscular
• Jadwal pemberian campak pada bayi umur 9-11 bulan
• Imunisasi ulangan diberikan pada saat anak masuk sekolah usia 6-7 tahun dalam program BIAS
Reaksi KIPI
• Demam >39,5 C, biasanya setelah hari ke 5-6 dan berlangsung selama 2 hari
• Ruam, timbul pada hari ke 7-10 dan berlangsung selama 2-4 hari
Kontra indikasi
• Demam tinggi
• Sedang memperoleh pengobatan imunosupresi
• Hamil
• Mempunyai riwayat alergi
JADWAL IMUNISASI ANJURAN (NON PPI)
• Vaksin Haemophilus Influenza B (Hib)
• Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
• Vaksin Demam Thypoid
• Vaksin Hepatitis A
• Vaksin Varicella
Vaksin Haemophilus Influenza type B
• Yaitu Polisakarida H. Influenza tipe b dikonjugasikan pada toksoid tetanus, trometamol, sukrosa dan NaCl
• Suspensi berkabut keputihan
• Kombinasi dengan DTaP/DTwP
• Lokasi penyuntikan umur <2 tahun di paha mid anterolateral dan usia > 2 tahun di deltoid
Vaksin Mumps Morbili Rubela (MMR)
• Virus campak Schwarz hidup yang dilemahkan dalam embrio ayam
• Virus gondong Urabe dibiak dalam telur ayam
• Virus rubela Wistar dibiak pada sel deploid manusia
• Penyuntikan dilakukan secara subcutan atau intramuscular
• Direkomendasikan pada usia 12-18 bulan
• Serokonversi pada >95% kasus
• Kontraindikasi : imunodepresi, hamil, pasca imunoglobulin, transfusi darah (tunda 6-12 minggu).
• Tetap diberikan pada anak yang pernah campak, gondongan ataupun rubella
• Tidak ada bukti sahih berkaitan dengan autisme
Vaksin Demam Thypoid
• Komposisi terdiri dari polisakarida kapsul VI Salmonella typhi, Fenol, Nacl, NaHPO3H
• Diberikan secara intramuscular, pada usia > 2 tahun
• Imunitas 2-3 minggu pasca vaksinasi
• Imunogenitas rendah pada umur < 2 tahun
• Perlindungan 3 tahun
• Tidak melindungi terhadap Salmonella paratyphi A dan B
Vaksin Hepatitis A
• Virus inaktif dalam formaldehid
• Indikasi : anak usia > 2 tahun, endemis, sering transfusi (hemofilia), tinggal di panti asuhan
• Indikasi kontra : demam, infeksi akut, hipersensitif terhadap komponen vaksin
• Diberikan secara intramuscular
• Protektif pada 95-100%
Vaksin Varisela
• Virus hidup dilemahkan, strain Oka
• Diberikan secara subcutan
• Kontra indikasi : demam, sakit akut
• Jangan diberikan bersama vaksin hidup lain
• Jangan hamil dalam 2 bulan
• Tidak efektif bila transfusi gamma globulin
• Diberikan pada anak usia 1-13 tahun
• Rekomendasi IDAI muali usia 5 tahun
• Serokonversi : 94% (2 minggu setelah vaksinasi), 100% (6 minggu setelah vaksinasi)
• Aman, efektif dan ekonomis
Vaksin Influenza-1
• Virus tidak aktif dalam prefilled syringe (PFS)
• Bahan lain : telur, neomisin, formaldehid
• Penyimpanan pada suhu 2-8ᴼC , jangan terkena sinar matahari maupun beku
• Tiap tahun starin dapat berbeda berdasarkan rekomendasi WHO : selatan dan utara
• Strain 2004 untuk daerah selatan
o H1N1 (new Caledonia/20/99)
o H3N2 (Fujian/411/2002)
o Hongkong/330/2001
o Penyuntikan dilakukan secara intramuscular atau subcutan
6-35 bulan dosis 0,25 ml, >36 bulan dosis 0,5 ml, <8 tahun perlu booster 4 minggu kemudian
• Vaksinasi diulang tiap tahun
Vaksin kombinasi (tetract-Hib dan Infantrix-Hib)
• Tetract-Hib : kombinasi DPwT+Hib
• Infanrix-Hib : kombinasi DPaT+Hib
DPwT/DpaT dalam vial, Hib dalam PFS (prefilled syringe)
• Sebelum disuntikan, dicampur dengan menyedot DPwT/DpaT ke dalam PFS Hib
• Kontra indikasi
Sama dengan komponen masing-masing vaksin
Vaksin Pneumokokkus (Prevenar)
• Terdiri dari 7 sakarida yang berbeda (serotipe 4, 6B, 9V, 14, 18C, 19F, 23F)
• Konjugasi dengan 20 ug dari masing-masing 6 serotipe
• Bebas pengawet dan bebas thimerosal
• Dosis 0,5 ml diberikan secara intramuscular
• Manfaat : mengurangi resiko invasive pneumococcal disease (IPD), radang paru (pneumonia), radang telinga tengah dan pengobatannya, pembawa kuman (nashoparyngeal carriage), Occult becteremia, dan mungkin efektif pada anak yang tak responsif dengan vaksin pneumokokkus polisakarida (PPV)
Sumber
Diktat kuliah
Modul 2 : EPI vaccines. 1998. Hal 2. Geneva
Pedoman imunisasi di Indonesia. 2005. hal 88
Vademecum biofarma. 2002
WHO : expanded programme or immunization . immunization in practice
Posted in BBL, ilmu kesehatan anak, MTBS

Tidak ada komentar:

Posting Komentar